Bisnis & Ekonomi News

Apakah Arab Saudi Mampu Mengejar Ambisi Pengeluaran Proyek Meganya?

GELUMPAI.ID – Arab Saudi terus berusaha menggenjot ambisi besar dalam realisasi proyek-proyek mega mereka, termasuk Neom yang diperkirakan menelan biaya hingga $1,5 triliun. Namun, tahun ini, kerajaan tersebut mengalami perubahan arah yang signifikan dalam kebijakan pengeluaran mereka.

Neom, dengan proyek flagship-nya yang dikenal sebagai “The Line”, berada di tengah gurun barat laut Arab Saudi. Proyek kota futuristik ini dirancang untuk menampung 9 juta orang, dengan dua gedung pencakar langit sepanjang 106 mil yang masing-masing lebih tinggi dari 1.600 kaki. Proyek ini menjadi simbol dari ambisi besar Putra Mahkota Mohammed bin Salman dalam mengubah ekonomi Saudi yang sangat bergantung pada minyak. Seiring dengan pelaksanaan Vision 2030, yang bertujuan mendiversifikasi ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru, Neom diharapkan menjadi pusat kehidupan baru yang lebih berteknologi canggih.

Namun, setelah berinvestasi besar-besaran, Saudi Arabia kini mengalami perubahan arah dalam alokasi anggaran. Pada tahun ini, kerajaan mulai mengalihkan fokus untuk mempertahankan investasi di dalam negeri dan memotong biaya untuk proyek-proyek besar di Neom. Perubahan ini terjadi seiring dengan meningkatnya defisit anggaran kerajaan dan proyeksi permintaan minyak yang menurun serta harga minyak yang terus rendah.

**Pembiayaan yang Terus Membengkak**

Dilansir dari CNBC, Saudi Arabia telah menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk proyek-proyek yang hingga kini belum memberikan hasil finansial yang jelas. “PIF (Public Investment Fund) yang beralih ke investasi domestik menunjukkan bahwa masih banyak pengeluaran yang dibutuhkan. Saudi telah menghabiskan puluhan miliar dolar untuk proyek yang belum memberikan hasil finansial,” kata seorang investor yang berpengalaman di kawasan Teluk, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Sementara itu, Andrew Leber, peneliti dari Tulane University yang fokus pada ekonomi politik Timur Tengah, menyatakan bahwa kecepatan pengeluaran saat ini tidak dapat bertahan lama. Menurutnya, proyek-proyek besar yang membutuhkan pembayaran di muka dan berharap hasil ekonomi datang belakangan tidak akan berkelanjutan. “Pemerintahan Saudi mungkin akan dengan hati-hati mengurangi atau menghentikan sejumlah proyek untuk mengatur kembali pengeluaran fiskal mereka,” ujar Leber.

**Proyeksi Ekonomi dan Defisit Anggaran**

Pada bulan Oktober 2024, Arab Saudi memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan menaikkan perkiraan defisit anggaran untuk periode 2024 hingga 2026. Real GDP kini diperkirakan hanya tumbuh 0,8% pada tahun ini, jauh lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,4%. Selain itu, defisit anggaran kerajaan Arab Saudi meningkat menjadi $21,6 miliar pada tahun 2023, setelah pengeluaran pemerintah meningkat dan produksi minyak diturunkan akibat kebijakan pemotongan produksi OPEC+.

**Pernyataan Menteri Keuangan Saudi**

Menteri Keuangan Saudi, Mohammed Al-Jadaan, dalam wawancaranya dengan CNBC mengungkapkan bahwa meskipun anggaran akan terus defisit dalam beberapa tahun mendatang, kerajaan merasa siap menghadapinya. “Pendapatan non-minyak kami telah meningkat signifikan, sekarang mencakup sekitar 37% dari pengeluaran. Ini memberikan rasa aman dalam menjaga stabilitas meskipun harga minyak berfluktuasi,” kata Al-Jadaan. Dia juga menekankan bahwa kerajaan tidak akan mengubah rencana Vision 2030 meskipun ada tantangan ekonomi.

**Potensi Masalah dengan Proyek Mega**

Namun, banyak analis yang meragukan keberhasilan proyek-proyek mega tersebut. Dilansir dari CNBC, beberapa proyek besar, seperti The Line, mengalami pengurangan besar, dengan panjang proyek yang semula direncanakan 106 mil dipotong menjadi hanya 1,5 mil dan target populasi yang awalnya mencapai 1,5 juta orang di tahun 2030 kini diperkirakan hanya akan mencapai 300.000 orang.

Meskipun demikian, para eksekutif Neom tetap meyakini bahwa proyek ini akan dilanjutkan. Mereka menegaskan bahwa meskipun fase pertama pembangunan hanya mencakup 1,5 mil, tujuan panjang 106 mil tetap berlaku, dan pembangunan masih berjalan sesuai rencana.

Tarik Solomon, mantan ketua American Chamber of Commerce di Saudi Arabia, menyatakan bahwa meskipun ada penurunan anggaran, adanya transparansi dalam pengurangan proyek menunjukkan langkah positif. “Utang eksternal kerajaan memang meningkat, yang menunjukkan adanya tantangan dalam mewujudkan Vision 2030,” ungkap Solomon. Menurutnya, meskipun utang Saudi masih terkendali pada 26,5% dari GDP, tekanan-tekanan kecil yang terus-menerus akan menambah tantangan bagi kerajaan.

Solomon juga mengingatkan bahwa kebutuhan masyarakat Saudi akan infrastruktur yang lebih baik, seperti transportasi umum, konektivitas jaringan, sekolah, dan layanan kesehatan, harus menjadi prioritas, bukan hanya berfokus pada proyek ambisius yang kurang relevan bagi kebutuhan sehari-hari masyarakat.

**Kesimpulan**

Dengan proyeksi ekonomi yang terus menurun dan pengurangan anggaran untuk proyek-proyek besar, masa depan dari mega proyek Neom dan ambisi Saudi Arabia dalam mewujudkan Vision 2030 masih penuh tanda tanya. Pemerintah Saudi, meskipun optimis, perlu menunjukkan fleksibilitas lebih besar dan mengutamakan investasi yang dapat memberikan dampak langsung bagi kehidupan masyarakat.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar