GELUMPAI.ID — Safety Car F1 memainkan peran krusial dalam setiap balapan, digunakan untuk menetralkan situasi saat kondisi berbahaya mengancam keselamatan para pembalap. Namun, bagaimana tepatnya aturan terkait penggunaan Safety Car ini?
Sejak 2021, F1 memiliki dua mobil Safety Car resmi yang bergantian, satu dari Mercedes dan satu dari Aston Martin. Kedua mobil ini dikemudikan oleh Bernd Maylander, yang sudah mengendarai Safety Car sejak 2000.
Aturan F1 menyebutkan bahwa Safety Car akan dikeluarkan “atas perintah kepala balapan” jika ada ancaman bahaya fisik langsung di trek, tetapi kondisi tersebut tidak cukup parah untuk menghentikan balapan sepenuhnya. Sebelum balapan dilanjutkan, tiga hal harus dipenuhi:
- Mobil-mobil yang berada di antara Safety Car dan pemimpin lomba harus diizinkan untuk melewati.
- Mobil yang telah dilaporkan tertinggal harus diberi kesempatan untuk mendahului Safety Car.
- Safety Car akan kembali ke pit setelah lap berikutnya.
Setiap lap yang dilalui dengan mobil Safety Car tetap dihitung sebagai lap balapan. Selain itu, F1 juga dapat menggunakan Virtual Safety Car (VSC) untuk menetralkan sesi latihan atau balapan, yang digunakan saat ada bendera kuning ganda di bagian tertentu dari trek dan situasi tidak cukup parah untuk memerlukan Safety Car penuh.
VSC pertama kali diperkenalkan pada musim 2015, setelah tragedi yang menimpa Jules Bianchi di GP Jepang 2014. Kecelakaan Bianchi, yang menyebabkan kematiannya sembilan bulan setelahnya, mendorong pengembangan sistem ini untuk meningkatkan keselamatan.
Namun, penggunaan Safety Car sering kali menjadi sorotan, terutama terkait dengan penanganan periode Safety Car yang kontroversial dalam beberapa balapan, seperti di GP Abu Dhabi 2021 dan GP Italia 2022. Pada 2022, FIA memperbarui peraturan terkait Safety Car, khususnya mengenai mobil yang tertinggal. Sekarang, hanya mobil yang tertinggal di belakang pemimpin lomba yang diperbolehkan melewati mobil di lap depan dan Safety Car, yang menggantikan frasa lama yang tidak jelas.
Kontroversi besar terjadi di Abu Dhabi pada 2021, saat Michael Masi, yang saat itu menjabat sebagai direktur balapan, mendapat kritik keras. Masi hanya mengizinkan lima pembalap yang berada di antara Lewis Hamilton dan Max Verstappen untuk melaporkan kembali, namun ada beberapa pembalap lain yang tidak mendapat izin yang sama. Keputusan ini mengubah jalannya balapan dan berkontribusi pada keputusan kejuaraan dunia, di mana Verstappen akhirnya merebut gelar setelah restart di lap terakhir.