GELUMPAI.ID – Taiwan dan China saling serang terkait dugaan kerusakan kabel komunikasi bawah laut yang diduga melibatkan kapal yang berhubungan dengan China di perairan Taiwan. Kejadian ini memicu kekhawatiran besar di Taiwan.
Dilansir dari Reuters, pemilik kapal tersebut mengaku tidak ada bukti yang menunjukkan keterlibatan kapal itu dalam insiden tersebut. Namun, penjaga pantai Taiwan menduga kapal itu merusak kabel komunikasi di dekat pantai utara Taiwan pada akhir pekan lalu. Sayangnya, penyelidikan tak bisa dilakukan karena cuaca buruk.
Penjaga pantai Taiwan mengatakan bahwa mereka “tidak bisa menutup kemungkinan” kapal yang terdaftar di Kamerun dan Tanzania, namun dimiliki oleh perusahaan Hong Kong, terlibat dalam kegiatan “grey zone”. Meski begitu, mereka belum bisa memberikan bukti konkret soal hal ini.
Taiwan, yang dianggap sebagai wilayah milik China, sudah lama mengeluhkan aktivitas “grey zone” China di sekitar pulau itu. Aktivitas ini bertujuan memberi tekanan pada Taiwan tanpa konfrontasi langsung, seperti penerbangan balon dan pengerukan pasir.
Pada Rabu malam, Kantor Urusan Taiwan China menanggapi dengan mengatakan bahwa kerusakan kabel bawah laut adalah “kecelakaan maritim yang umum” dan Taiwan hanya membuat tuduhan tanpa dasar, serta memperbesar ancaman “grey zone” dari daratan China.
Menanggapi pernyataan itu, Dewan Urusan Daratan Taiwan menyatakan bahwa kasus ini sedang diselidiki dan akan dilanjutkan berdasarkan bukti yang ditemukan. “Secara internasional, kapal China yang membawa bendera lepas pantai memiliki reputasi buruk,” katanya, mengacu pada penyelidikan yang dilakukan di negara-negara Baltik terkait kapal China yang diduga merusak kabel bawah laut di sana.
Taiwan sebelumnya pernah mengalami kerusakan kabel di wilayah Kinmen dan Matsu, yang terletak sangat dekat dengan pantai China, namun dikuasai oleh Taiwan.
“Memang pemerintah harus berhati-hati dalam menangani masalah ini,” tambahnya.
China sendiri sangat membenci Presiden Taiwan, Lai Ching-te, yang disebut sebagai “separatis”. Beijing juga menanggapi dingin seruan Lai untuk berdialog, karena pemerintah Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan menyatakan hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.