GELUMPAI.ID – Film live-action “Snow White” akhirnya tayang di bioskop pada Jumat ini. Namun, film tersebut lebih dulu terseret dalam pusaran kontroversi yang bisa mengancam performanya di box office.
Adaptasi beranggaran besar dari kisah klasik Walt Disney ini sudah dalam proses sejak 2016, menyusul kesuksesan beberapa remake live-action seperti “Alice in Wonderland”, “Cinderella”, dan “The Jungle Book”. Sayangnya, proyek dengan anggaran sekitar $270 juta ini malah jadi ajang perdebatan publik.
“Snow White” jadi sorotan karena berbagai isu, mulai dari pemilihan aktris utama, kontroversi politik, hingga dinamika sosial yang berkembang. Film ini menampilkan Rachel Zegler sebagai Snow White, keputusan yang memicu reaksi keras dari beberapa pihak. Sejumlah kritikus online bahkan menyebut proyek ini sebagai “Snow Woke” karena mengganti karakter klasik dengan pemeran yang lebih inklusif.
Selain itu, pemeran Evil Queen, Gal Gadot, juga mendapat kecaman setelah mengungkapkan dukungan terbuka terhadap negaranya dalam konflik Israel-Palestina. Protes dari kedua kubu pun tak terhindarkan. Zegler sendiri menyatakan dukungannya terhadap Palestina, membuat perbedaan pandangan antar pemeran semakin tajam.

“Snow White” juga dikaitkan dengan konflik budaya yang lebih luas di Hollywood. Sejak 2022, Disney berusaha menghindari kontroversi setelah sebelumnya berselisih dengan Gubernur Florida Ron DeSantis terkait pembatasan diskusi gender dan seksual di sekolah. Namun, tampaknya, raksasa hiburan ini belum bisa lepas dari perdebatan publik.
Pada pemutaran perdananya di Los Angeles, reaksi audiens cukup positif. Banyak yang memberikan tepuk tangan setelah sejumlah nomor musikal. Kritikus film Christopher Rates It menulis, “Ini adalah remake live-action terbaik Disney dalam beberapa tahun terakhir. Rachel Zegler benar-benar Snow White, dia tampil memukau!”
Tapi apakah hype ini cukup untuk menutup bayang-bayang kontroversi? Stephen Galloway, dekan Dodge College of Film and Media Arts, menilai bahwa jika film ini mendapat ulasan bagus, masalah di media sosial bisa segera dilupakan. “Pada akhirnya, yang penting adalah apakah film ini bagus atau tidak,” ujarnya.