GELUMPAI.ID — Tim-tim F1 menghadapi tantangan besar di Grand Prix China akhir pekan ini, mengingat mereka harus beradaptasi dengan berbagai ketidakpastian terkait ban dan kondisi lintasan.
Sesi kualifikasi dan sprint di Shanghai berlangsung dengan sorotan pada penggunaan ban C2, yang lebih lembut dari versi sebelumnya. Pirelli sudah mengalokasikan tiga jenis ban yang sama seperti tahun lalu, namun perbedaan komposisi ban ini membuat tim harus menghadapinya tanpa banyak data dari musim lalu.
Resurfacing total pada trek Shanghai semakin memperumit keadaan. Aspal baru memberi grip lebih baik pada mobil, namun ini berarti data dari balapan terakhir di China, yang sudah lama, tidak lagi relevan.
Oscar Piastri, yang mencatatkan waktu tercepat pada kualifikasi, bahkan mencatatkan waktu tiga detik lebih cepat dibandingkan Max Verstappen yang mencetak pole pada tahun lalu.
Perubahan waktu balapan, dari April ke Maret, juga memberi dampak pada suhu lintasan yang jauh lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Ini membuat tim kesulitan membaca data dan mempersiapkan strategi, terutama dengan format sprint yang hanya memberi mereka satu jam latihan sebelum sesi kualifikasi dimulai.
Meskipun beberapa tim melakukan simulasi balapan dengan ban medium di sesi latihan, tantangan utama terletak pada ban keras (C2) yang belum banyak digunakan. Ini adalah pertama kalinya C2 digunakan dalam balapan setelah sesi pra-musim di Bahrain, dan dengan aspal baru di Shanghai, karakteristiknya jauh berbeda.
“Ban keras bisa jadi masalah besar,” kata beberapa teknisi tim.
Mereka hanya mendapat dua set ban keras per balapan, yang membatasi peluang mereka untuk mencoba-coba lebih banyak selama latihan.
Hal ini membuat beberapa pembalap seperti Fernando Alonso di Aston Martin harus memulai balapan dengan satu set ban keras baru, yang memaksanya menggunakan strategi tiga pit stop.
Strategi pada hari Minggu nanti diperkirakan akan melibatkan dua pit stop, terutama mengingat degradasi ban yang sudah terlihat di sesi sprint.