GELUMPAI.ID – Film horor Pabrik Gula yang diadaptasi dari kisah viral SimpleMan akhirnya tayang di bioskop. Dengan tagline “terinspirasi dari kejadian nyata,” banyak yang penasaran, seberapa nyata cerita ini?
Film ini mengisahkan kejadian horor yang dialami pekerja musiman saat musim panen dan penggilingan tebu. Teror dimulai saat aturan tak tertulis dilanggar, membuat penghuni gaib di pabrik murka. Berbagai cara dilakukan untuk menenangkan mereka, dari sajen hingga ritual khusus, tapi tetap nihil. Akhirnya, pihak pabrik terpaksa menjalankan kembali tradisi manten tebu—ritual adat yang telah lama ditinggalkan.
Apakah kisah ini benar terjadi? Sebenarnya, film Pabrik Gula merupakan adaptasi fiksi dari cerita yang viral di media sosial. Namun, ada satu elemen budaya yang memang nyata, yaitu manten tebu.
Tradisi ini dilakukan di beberapa pabrik gula di Jawa, khususnya Jawa Timur, sebagai bentuk ritual syukur. Dalam prosesi ini, dua batang tebu dipilih sebagai “pengantin”—satu mewakili petani dan satu mewakili pabrik. Ritual ini dipercaya membawa kelancaran panen dan produksi gula.
Menurut penelitian Nofi Antikasari dan Octo Dendy Andriyanto dari Universitas Negeri Surabaya, tradisi manten tebu sudah berlangsung puluhan tahun. “Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tapi bentuk penghormatan kepada leluhur dan harapan akan panen yang sukses,” tulis mereka dalam Jurnal Baradha (2023).
Jadi, meski Pabrik Gula hanya film fiksi, latar budayanya tidak sepenuhnya dibuat-buat. Sebuah kombinasi antara mistis dan tradisi yang masih hidup di tengah masyarakat.
Sumber: CNN Indonesia