GELUMPAI.ID – Hakim Pengadilan Distrik AS, James Boasberg, mengecam pemerintahan Donald Trump yang dianggap gagal memberikan rincian penerbangan deportasi ratusan migran Venezuela. Hakim menilai tanggapan pemerintah “sangat tidak memadai” dan terkesan menghindar dari tanggung jawab.
Boasberg kini tengah mempertimbangkan apakah pemerintahan Trump melanggar perintah pengadilan pada 15 Maret yang bertujuan menghentikan deportasi sementara. Dalam putusan terbaru, ia meminta Departemen Kehakiman menjelaskan, selambatnya Selasa depan, mengapa mereka tidak memulangkan migran yang telah dideportasi. Jika terbukti melanggar, ini bisa jadi krisis konstitusional serius.
“Administrasi menghindari tanggung jawabnya,” tegas Boasberg dalam pernyataannya, Kamis (20/3). Tanggapan yang diberikan oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) dinilai hanya mengulang informasi lama tanpa menyentuh inti masalah.
Lebih parahnya, pemerintah menyampaikan tanggapannya dalam dokumen rahasia yang tidak bisa diakses publik. Boasberg pun mempertanyakan apakah mereka sengaja memakai doktrin rahasia negara untuk menghindari transparansi.
“Ini sungguh tidak cukup,” tulis Boasberg dalam keputusannya.
Menariknya, Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, justru membocorkan detail penerbangan deportasi tersebut di media sosial. Hal ini makin menimbulkan pertanyaan besar tentang klaim pemerintah soal kerahasiaan nasional.
Trump Panas, Minta Hakim Dimakzulkan
Merasa gerah, Trump langsung menyerang balik. Ia menyerukan pemakzulan Boasberg oleh Kongres, menyebutnya “Orang Gila Kiri Radikal.”
“Saya hanya melakukan apa yang diinginkan PEMILIH. Hakim ini, seperti banyak Hakim Korup yang harus saya hadapi, harus DIMAKZULKAN!!!” tulis Trump dalam pernyataan resminya.
Namun, serangan Trump mendapat respons dingin dari Ketua Mahkamah Agung AS, John Roberts, yang jarang berkomentar dalam kasus seperti ini. Boasberg sendiri telah dikonfirmasi sebagai hakim pada 2011 melalui pemungutan suara bipartisan 96-0 di Senat AS.
Sementara itu, perintah Boasberg untuk menghentikan deportasi selama dua minggu sudah berdampak besar. Tiga pesawat yang membawa migran Venezuela kini telah mendarat di El Salvador, negara yang bersekutu dengan Trump. Di sisi lain, American Civil Liberties Union (ACLU) melaporkan bahwa beberapa migran yang dideportasi sebenarnya bukan anggota geng, tetapi justru korban salah label.