GELUMPAI.ID – Pernah nggak sih merasa hidup ini selalu ada yang kurang? Udah punya banyak hal, tapi tetap aja nggak puas? Kalau kamu sering ngalamin ini, bisa jadi kamu mengalami disforia!
Menurut laporan World Happiness Report 2024, tingkat kebahagiaan anak muda merosot drastis. Bahkan, Amerika Serikat untuk pertama kalinya sejak 2012 nggak masuk daftar 20 negara paling bahagia. Faktor utama penyebabnya? Sosial, ekonomi, hingga dampak media sosial yang bikin tekanan makin berat.
Apa Itu Disforia?
Healthline menjelaskan, disforia adalah kondisi psikologis yang bikin seseorang merasa nggak nyaman, nggak puas, atau bahkan terputus dari realitas. Ini sering dikaitkan dengan gangguan mental seperti kecemasan dan depresi.
Tapi, jangan salah! Disforia bukan cuma soal gender dysphoria, lho. Ada juga:
- Rejection Sensitive Dysphoria: Sensitif banget sama penolakan atau kritik.
- Postcoital Dysphoria: Perasaan sedih atau cemas setelah berhubungan intim.
- Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD): PMS level hardcore yang ganggu suasana hati.
- Tardive Dysphoria: Ketidakbahagiaan jangka panjang akibat obat antidepresan.
Ciri-Ciri Disforia yang Harus Diwaspadai
Kalau kamu sering ngalamin ini, bisa jadi tanda-tandanya:
- Sulit merasa bahagia atau menikmati hidup.
- Sering overthinking dan nggak bisa fokus.
- Merasa sedih atau cemas tanpa alasan jelas.
- Kehilangan motivasi, gampang capek.
- Pola tidur dan makan berantakan.
Penelitian tahun 2020 yang diterbitkan di Frontier menunjukkan, orang dengan disforia lebih cepat mengingat kejadian negatif dibanding yang positif. Nggak heran kalau mereka sering merasa stuck dan nggak puas.
Kenapa Bisa Terjadi?
Disforia bisa muncul karena berbagai faktor, seperti:
- Tekanan hidup: Masalah keluarga, kerjaan, atau kehilangan orang tercinta.
- Identitas diri: Terutama bagi yang mengalami gender dysphoria.
- Kesehatan: Gangguan tiroid, kekurangan nutrisi, atau penyakit kronis.
- Zat adiktif: Rokok, alkohol, dan obat-obatan tertentu.
- Perubahan hormon: Seperti PMDD pada perempuan.
- Efek samping obat: Antidepresan yang dikonsumsi dalam jangka panjang.
Gimana Cara Mengatasinya?
Tenang, ada banyak cara buat ngehandle disforia:
- Mindfulness-Based Cognitive Therapy (MBCT) – Latihan ini bisa bantu kamu ngontrol pikiran negatif dan overthinking.
- Praktik mindfulness – Meditasi, yoga, atau latihan pernapasan bisa bikin pikiran lebih rileks.
- Positive Episodic Simulation – Biasakan membayangkan masa depan yang positif buat meningkatkan optimisme.
- Nikmati euphoria – Temukan kebahagiaan dari hal-hal kecil, seperti hobi atau traveling.
- Cari bantuan profesional – Kalau disforia sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, konsultasi dengan psikolog adalah langkah terbaik.
Disforia memang bukan diagnosis klinis, tapi bisa jadi alarm buat kesehatan mental kamu. Jangan ragu buat cari pertolongan kalau merasa ada yang nggak beres. Hidup cuma sekali, jadi pastikan kamu bisa menikmatinya!
Sumber: Beautynesia