Turunnya permintaan bikin maskapai kehilangan daya tawar dalam harga tiket. Data Departemen Tenaga Kerja AS mencatat, Februari jadi bulan pertama dalam enam bulan terakhir di mana harga tiket pesawat mengalami penurunan tahunan.
“Pasti bakal ada perlambatan,” ujar CEO Frontier, Barry Biffle.
Sampai sekarang, maskapai masih bertahan dengan proyeksi laba tahunan mereka. Tapi, kalau permintaan tetap loyo di musim panas—periode paling menguntungkan bagi industri ini—ceritanya bisa lain.
Biffle menegaskan, semuanya bergantung pada kondisi pasar tenaga kerja. “Selama orang masih punya pekerjaan, pelanggan leisure akan tetap terbang,” katanya.
Meski klaim pengangguran belum melonjak, inflasi yang tinggi bikin masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka.
Jacob Brown, guru sekolah di Denver yang berusia 24 tahun, mengaku lebih jarang bepergian karena biaya yang terus naik. Saat ke Las Vegas, ia memilih penerbangan malam agar tak perlu menginap di hotel.
“Sekarang, gue cuma jalan-jalan kalau biayanya benar-benar minimal,” katanya.
Data Bank of America mencatat pengeluaran dengan kartu kredit dan debit untuk tiket pesawat turun 7,2% di Februari, terendah dalam enam bulan terakhir.
Perjalanan bisnis juga lesu. Biasanya, Januari-Maret jadi periode sibuk untuk perjalanan korporat. Tapi kali ini, pemesanannya kurang menggembirakan.
Delta melaporkan pertumbuhan pemesanan bisnis mereka turun ke satu digit rendah dari yang sebelumnya 10% di Januari. United juga menyebut pemesanan perjalanan terkait pemerintahan turun setengahnya akibat penghematan belanja pemerintah.
Gabe Rizzi, Presiden Altour (agensi perjalanan korporat), mengatakan pemesanan dari kontraktor pemerintah serta perusahaan di sektor keuangan, energi terbarukan, teknologi, dan manufaktur turun hingga 10% dibanding tahun lalu.
“Banyak lembaga pemerintah dan kontraktornya lagi mengencangkan ikat pinggang,” kata Rizzi.
Sumber: Reuters
