Bisnis & Ekonomi News

Mengapa IPO Hyundai dI India Gagal di Hari Perdana?

GELUMPAI.ID – Saham anak perusahaan Hyundai di India yang terdaftar di pasar saham pada 22 Oktober 2024 lalu mencatatkan debut yang mengecewakan, dengan penurunan sekitar 7% pada hari pertama perdagangannya. Meskipun mengalami sedikit pemulihan, saham ini masih berada 5% di bawah harga penawaran umum perdana (IPO).

Hyundai, produsen mobil asal Korea yang kini menjadi produsen kendaraan penumpang terbesar ketiga di dunia, telah beroperasi di India sejak 1996, tak lama setelah reformasi ekonomi yang membuka pasar negara tersebut. Dalam 28 tahun, Hyundai berhasil menjadi produsen mobil terbesar kedua di India dengan menyesuaikan mobil global mereka sesuai dengan selera konsumen India dan kondisi jalanan di negara tersebut.

Namun, meskipun kesuksesan di pasar India, debut saham mereka tidak berjalan mulus. Pasar saham India dalam beberapa waktu terakhir memang mengalami penurunan, dengan indeks Nifty 50 yang turun sekitar 5% dalam sebulan terakhir. Beberapa faktor dinilai berperan dalam kemunduran harga saham ini, salah satunya adalah tujuan dari dana yang diperoleh melalui IPO ini.

Dilansir dari CNBC, banyak investor yang mengungkapkan kekecewaan mereka karena dana yang diperoleh dari IPO tersebut sebagian besar akan kembali ke Hyundai di Korea, bukan digunakan untuk memperkuat posisi anak perusahaan di India. Dalam IPO pada umumnya, dana yang terkumpul digunakan untuk ekspansi atau pelunasan utang, namun kali ini, hal tersebut tidak terjadi. Para investor merasa bahwa anak perusahaan India tidak akan mendapat manfaat langsung dari dana yang terkumpul, dan pihak Hyundai Korea tidak menjelaskan secara rinci bagaimana dana hasil penawaran saham ini akan digunakan.

Selain itu, terdapat anggapan bahwa Hyundai tidak membutuhkan dana yang terkumpul dalam IPO ini, dan hanya memanfaatkan kondisi pasar yang disebut beberapa pihak sebagai pasar yang sedang “berlebihan” atau terlalu optimis. “Ini bukan karena perusahaan membutuhkan uang, melainkan induk perusahaan mencoba memanfaatkan valuasi pasar,” ungkap Gaurav Narain, penasihat utama di India Capital Growth Fund, yang memilih untuk tidak berpartisipasi dalam IPO tersebut.

Kunjal Gala, Kepala Pasar Berkembang Global di Federated Hermes Global Emerging Markets Equity Fund, berpendapat bahwa langkah Hyundai mencatatkan saham anak perusahaannya ini mungkin didorong oleh keinginan untuk meningkatkan valuasi induk perusahaan mereka di Korea. “Ini adalah cara untuk membentuk valuasi yang lebih baik bagi perusahaan induk mereka,” ujarnya, sebagaimana dikutip dari CNBC.

Dalam IPO tersebut, nilai pasar anak perusahaan India kini hampir setara dengan separuh kapitalisasi pasar Hyundai Korea. Meskipun demikian, perusahaan telah menutupi potensi pendapatan masa depan yang hilang akibat penjualan saham tersebut dengan meningkatkan biaya royalti yang dibayar oleh anak perusahaan India. Sejak Juni 2024, anak perusahaan kini harus membayar royalti sebesar 3,5% dari total pendapatan, menggantikan negosiasi per model yang dilakukan sebelumnya.

Menurut analis keuangan di Emkay, mereka memberi rating “jual” pada saham Hyundai Motor India, karena dampak dari kenaikan royalti ini berpotensi mengurangi potensi keuntungan perusahaan. Analis mencatat bahwa, “pembayaran royalti yang lebih tinggi dan penurunan pendapatan dari treasury akan membatasi pertumbuhan laba per saham.”

Namun, beberapa pihak juga berpendapat bahwa saham Hyundai di India masih memiliki potensi keuntungan jangka panjang, meskipun harga sahamnya tidak memberikan diskon besar yang diharapkan oleh investor ritel. “Kami percaya Hyundai Motor India adalah proxy yang baik untuk mengikuti tren premiumisasi di industri mobil India,” kata Kapil Singh, analis dari Nomura, dalam catatannya kepada klien pada 22 Oktober.

Menurut Nomura, konsumen India semakin aspiratif dan bersedia membayar lebih untuk mobil dengan desain menarik dan fitur teknologi tinggi. Singh memperkirakan harga saham Hyundai bisa naik sekitar 32% dari harga penutupan pada Kamis, 22 Oktober, menjadi 2.472 rupee India ($29,40).

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar