GELUMPAI.ID — Pabrik elektronik di Indonesia bertumbangan. Ribuan pekerja kehilangan pekerjaan, sementara pemerintah masih sibuk “memantau situasi”.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita akhirnya buka suara soal gelombang PHK yang menghantam sektor elektronik. Ia mengakui bahwa derasnya barang impor menjadi biang kerok utama.
“Elektronik itu salah satu sektor yang paling kita perhatikan. Tapi kalau terus ada gempuran dari luar, kita harus melakukan sesuatu,” kata Agus, Kamis (27/2/2025).
Namun, pernyataan itu justru menimbulkan pertanyaan: “melakukan sesuatu” itu maksudnya apa? Faktanya, pabrik tetap tutup dan pekerja tetap dirumahkan.
Sebut saja Yamaha. Dua pabriknya di Bekasi dan Pulogadung akan berhenti beroperasi, dengan total 1.100 pekerja terkena PHK. Sebelumnya, PT Sanken Indonesia di Cikarang juga menyusul dengan keputusan tutup total pada Juni 2025.
Menurut Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Riden Hatam Aziz, situasi ini makin parah karena kebijakan pemerintah yang tidak cukup melindungi industri dalam negeri.
“Kalau ada PHK, pasti Kemenperin dan Kemnaker yang kena sorotan. Tapi problemnya ya balik lagi, siapa yang punya kewenangan buat kasih insentif? Itu bukan di kita,” ujar Agus.
Pernyataan yang terdengar jujur, tapi sekaligus mencerminkan ketidakberdayaan. Sementara itu, ribuan buruh masih menunggu kepastian—yang mungkin tak pernah datang.
Sumber: CNBC Indonesia