Sebagai pejabat Dewan Hindia pada abad ke-18, Vinck dikenal sebagai juragan tanah di kawasan Weltevreden, yang kini dikenal sebagai Sawah Besar, Jakarta Pusat. Berkat kecerdasannya dalam berbisnis, Vinck memanfaatkan tanah yang dimilikinya untuk mendirikan pasar yang kini dikenal sebagai Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen.
Pada 1735, setelah mendapat izin dari Gubernur Jenderal, Vinck mendirikan pasar di wilayah timur dan barat Weltevreden. Pasar tersebut awalnya dikenal dengan nama Vinckpasser atau Pasar Vinck, namun seiring berjalannya waktu, pasar di timur dikenal dengan nama Pasar Senen, yang berasal dari hari pasarannya yang hanya berlangsung pada hari Senin. Sejarawan Purnawan Basundoro dalam Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia (2023) mengungkapkan, itulah asal mula nama Pasar Senen.
Sementara itu, pasar yang ada di barat dikenal dengan nama Pasar Tanah Abang. Menurut Abdul Chaer dalam Tenabang Tempo Doeloe (2017), nama Tanah Abang berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Tanah Merah,” merujuk pada warna tanah di kawasan tersebut.
Pada awal berdirinya, kedua pasar tersebut masih sederhana dengan lapak-lapak pedagang yang terbuat dari anyaman bambu. Meskipun demikian, kedua pasar ini tetap ramai pengunjung, terutama karena Vinck memfungsikan kedua pasar dengan tujuan dagang yang berbeda. Pasar Senen khusus menjual kebutuhan sehari-hari seperti sayuran dan makanan, sementara Pasar Tanah Abang fokus pada tekstil dan kelontong.
Vinck pun memanfaatkan kesibukan pasar untuk menambah kekayaan. Dengan memungut cukai dan uang sewa dari lapak-lapak pedagang, yang sebagian besar berasal dari kelompok Tionghoa, dia berhasil memperoleh banyak keuntungan. Tidak hanya itu, Vinck juga memberi kebebasan kepada pesuruhnya untuk menarik uang lebih besar dari yang ditentukan, asalkan sesuai dengan ketentuan saat penyetoran kepada dirinya.
Kehadiran Vinck dengan pasar yang berkembang pesat semakin mempermudah jalannya perdagangan. Dia juga membangun jalan penghubung antara Tanah Abang dan Senen, yang kini dikenal sebagai Jalan Kramat Kwitang dan Jalan Kebon Sirih di Jakarta Pusat.