GELUMPAI.ID — Kontroversi larangan kata kasar yang diterapkan oleh FIA semakin memanas. Kali ini, protes datang dari para pembalap Kejuaraan Rally Dunia (WRC), yang menanggapi kebijakan ini dengan aksi diam dalam wawancara pasca-etape pada seri ketiga musim 2025 di Kenya.
Selama acara shakedown pada Rabu lalu di Safari Rally Kenya, para pembalap memilih untuk tidak menjawab pertanyaan atau hanya berbicara dalam bahasa asli mereka. Tindakan ini merupakan respons terhadap kebijakan FIA yang melarang penggunaan kata-kata kasar dalam wawancara resmi.
“Semua pembalap sepakat untuk meminimalkan ketidaksopanan di mikrofon,” kata para pembalap WRC dalam pernyataan bersama. “Namun, pada saat yang sama, kami merasa penting untuk menjaga kebebasan berekspresi dan tidak takut dihukum atas emosi yang muncul.”
Para pembalap juga mengungkapkan bahwa mereka telah mengajukan perubahan aturan kepada Presiden FIA agar dapat mengekspresikan diri dengan lebih bebas tanpa risiko hukuman.
Mereka menegaskan bahwa meskipun sudah berusaha mengikuti aturan dengan baik, mereka tidak bisa menjamin kepatuhan 100% terhadap larangan tersebut.
“Karena alasan yang kami sebutkan dalam pernyataan ini, kami merasa tidak bisa menjamin bahwa kami (pembalap dan co-driver) dapat mengikuti aturan dengan sempurna.
Itulah sebabnya kami mengambil keputusan untuk tetap diam atau menjawab dalam bahasa ibu kami. Aksi ini dilakukan demi kepentingan olahraga ini, dan kami mohon maaf kepada semua penggemar rally meski kami tahu mereka mendukung kami,” tambah mereka.
Protes ini muncul setelah Adrien Fourmax menjadi pembalap pertama yang dihukum oleh FIA akibat penggunaan kata kasar bulan lalu. Pembalap Hyundai tersebut didenda €30.000, dengan €20.000 di antaranya ditangguhkan, setelah menggunakan kata-kata kasar dalam wawancara dengan WRC TV.
Pembalap F1 pun tidak terhindar dari hukuman serupa. Mereka dikenakan denda €40.000 untuk pelanggaran pertama dalam penggunaan bahasa kasar, bahkan bisa terkena larangan balapan jika terus melanggar atau mengkritik FIA.