GELUMPAI.ID — Rupiah makin terpuruk. Mata uang Garuda melemah 0,76% ke level Rp16.570/US$ pada Jumat (28/2/2025) pukul 12:00 WIB, menurut data Refinitiv.
Kondisi ini lebih buruk dibanding penutupan perdagangan kemarin (27/2/2025) di Rp16.445/US$, yang sudah melemah 0,49%.
Lalu, bagaimana dampaknya terhadap impor pangan RI? Apalagi, stok bahan pokok seperti daging, bawang putih, kedelai, gandum, dan gula sangat bergantung pada impor. Ramadan dan Lebaran semakin dekat—apakah suplai bakal aman?
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa pelemahan rupiah tidak akan menghambat impor pangan.
“(Impor ditahan?) Nggak. Kalau dolar segini makan nggak? Ya tetap makan,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (28/2/2025).
Ia memastikan pasokan pangan tetap harus tersedia.
“Makanya tetap harus ketersediaan, tetap harus ada. Ketersediaan itu harus ada,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah telah membuka impor 200.000 ton gula mentah untuk diolah menjadi gula konsumsi. Selain itu, impor daging kerbau, daging sapi, dan bawang putih juga sudah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan Ramadan-Lebaran 2025.
“Kan sudah dirilis 100 ribu ton daging kerbau untuk BUMN, 100 ribu ton daging sapi untuk BUMN, ditambah 80 ribu ton (daging sapi) untuk private,” jelas Arief.
Proses impor dilakukan lewat mekanisme lelang dari berbagai negara, termasuk Australia, Selandia Baru, dan Brasil.
Namun, Arief juga menekankan pentingnya meningkatkan produksi dalam negeri.
“Tolong ditulis ya, pentingnya meningkatkan produksi dalam negeri. Kalau produksi dalam negeri didorong, dengan kondisi kurs seperti ini, ini kesempatan kita,” tandasnya.
Sumber: CNBC Indonesia