GELUMPAI.ID – Mau hidup lebih bahagia? Jawabannya ternyata simpel: cukup tidur dan aktif bergerak! Studi terbaru dari Harvard dan Oxford mengungkap dua faktor utama yang menentukan kebahagiaan seseorang.
Penelitian bertajuk Health and Happiness ini dirilis oleh Harvard Kennedy School of Government dan Harvard T.H. Chan School of Public Health, berkolaborasi dengan Pusat Penelitian Kesejahteraan di University of Oxford, University of Warwick, University of Saskatchewan, Avicenna, dan Garmin. Hasilnya dipresentasikan dalam Lugano Happiness Forum di Swiss pada 18 Juni 2024.
Riset: Tidur dan Aktivitas Fisik Kunci Bahagia
Dalam studi ini, peneliti mengumpulkan data dari responden yang menggunakan smartwatch Garmin dan mengisi survei tentang kebiasaan mereka. Hasilnya cukup mengejutkan! Dua hal yang paling menentukan kebahagiaan ternyata bukan uang atau jabatan tinggi, melainkan tidur yang cukup dan aktivitas fisik yang rutin.
“Sebagai mitra di lebih dari 1.000 studi penelitian dan uji klinis, tim Garmin Health memiliki posisi unik untuk menyediakan smartwatch dengan performa baterai luar biasa, sensor berkualitas tinggi, serta integrasi API atau SDK yang dinamis untuk pemantauan dan pelaporan,” ujar Susan Lyman, Vice President of Consumer Sales and Marketing Garmin.
Studi ini menunjukkan bahwa orang yang tidur cukup dan aktif secara fisik cenderung memiliki tingkat kebahagiaan lebih tinggi serta tingkat stres lebih rendah. Bahkan, mereka yang rutin bergerak dan menjaga pola tidur yang baik juga mengalami stabilitas emosi yang lebih baik.
Makin Sosial, Makin Happy!
Selain dua faktor utama tadi, penelitian ini juga menemukan bahwa kebahagiaan meningkat saat seseorang terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya, menikmati makanan favorit, serta menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Ini berarti, kebahagiaan nggak cuma soal gaya hidup sehat, tapi juga soal interaksi sosial.
Menariknya, studi ini juga mengungkap bahwa stabilitas emosional berbeda di setiap kelompok usia. Orang dewasa yang lebih tua cenderung lebih stabil secara emosional dibanding generasi muda yang perasaannya lebih fluktuatif.