GELUMPAI.ID – Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan untuk menarik Amerika Serikat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memicu kekhawatiran mengenai kemampuan agensi PBB ini untuk melawan penyakit dan merespons keadaan darurat global tanpa pendanaan utama dari AS.
AS menyumbang sekitar 18% dari pendanaan WHO, yang saat ini kesulitan dalam mengumpulkan dana untuk tanggap darurat kesehatan, mulai dari Gaza hingga Ukraina. Anggaran WHO untuk periode 2024-2025 mencapai $6,8 miliar, dengan kontribusi besar AS yang membiayai sebagian besar program HIV dan penyakit menular lainnya.
Trump juga menunjukkan skeptisisme terhadap negosiasi WHO terkait perjanjian pasca-COVID untuk meningkatkan solidaritas global dalam menghadapi ancaman kesehatan di masa depan. Elon Musk, sekutu Trump, menegaskan bahwa negara-negara tidak boleh menyerahkan wewenang kepada WHO.
Keputusan Trump juga berdampak pada pegawai dan kontraktor AS yang bekerja dengan WHO. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, yang telah bekerja sama dengan WHO, akan menarik sekitar 30 staf yang ditempatkan di Jenewa. AS juga berperan dalam jaringan pengawasan influenza global yang diawasi oleh WHO, yang salah satunya memberikan rekomendasi untuk vaksin flu musiman.
Selain itu, AS adalah penyumbang utama dalam memerangi HIV, melalui program PEPFAR, yang menghadapi tantangan terkait pembiayaan karena klaim konservatif yang menyatakan bahwa beberapa penerima dana mempromosikan aborsi. Program tersebut hanya disetujui selama setahun pada tahun lalu, dengan otorisasi yang akan berakhir pada bulan Maret.
Dalam kebijakan internasionalnya, Trump menghidupkan kembali kebijakan “Mexico City” yang melarang organisasi asing penerima dana perencanaan keluarga dari AS untuk memberikan layanan atau informasi terkait aborsi. Sementara itu, Trump juga mempertahankan tingkat kontribusi yang relatif stabil untuk kelompok vaksin global seperti Gavi dan Global Fund untuk memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria.
Peran AS dalam merespons penelitian dan wabah kesehatan global kemungkinan akan terus berkembang, meski arah kebijakan ini masih belum jelas, terutama dengan adanya pengaruh kebijakan-kebijakan baru di pemerintahan Trump.