Won Korea Selatan Tertekan Akibat Krisis Politik, tapi Berangsur Pulih
GELUMPAI.ID – Won Korea Selatan jatuh ke level terendah dalam dua tahun terhadap dolar AS pada Selasa, di tengah krisis politik setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan pemberlakuan darurat militer pertama dalam lebih dari empat dekade. Namun, mata uang ini sedikit pulih setelah Yoon mengumumkan pencabutan keputusan tersebut menyusul penolakan dari parlemen.
Menurut data LSEG, won sempat melemah hingga 1.444,93 terhadap dolar AS, level terendah sejak Oktober 2022. Namun, mata uang ini kemudian diperdagangkan pada 1.416,31, turun 0,09% dibandingkan nilai sebelumnya.
Keputusan Yoon untuk mencabut darurat militer, yang awalnya diumumkan sebagai respons terhadap krisis politik yang ia tuduhkan pada oposisi, menjadi pemicu fluktuasi ini. Yoon menuduh anggota parlemen oposisi mengendalikan parlemen dan memperburuk krisis politik di negara tersebut.
Konteks Politik
Langkah darurat militer ini menjadi sorotan karena merupakan yang pertama sejak 1980 di Korea Selatan. Situasi ini memicu kritik tajam dari partai oposisi, Partai Demokrat, yang bersitegang dengan Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party) yang dipimpin Yoon. Krisis politik ini semakin diperburuk oleh kebuntuan dalam pembahasan anggaran 2025.
Yoon, yang menjabat pada Mei 2022 setelah memenangkan pemilu dengan margin terkecil dalam sejarah negara itu, dikenal dengan pendekatan kebijakan luar negerinya yang tegas terhadap Korea Utara. Ia juga berupaya memperkuat hubungan dengan AS dan Jepang, meskipun langkah domestiknya menuai kontroversi.
Dampak pada Pasar Keuangan
Krisis politik ini mengguncang pasar keuangan Korea Selatan. Pada Rabu, indeks Kospi turun 1,8% dan indeks Kosdaq melemah 2%. Saham beberapa perusahaan besar juga mengalami penurunan signifikan:
- Samsung Electronics: Turun hampir 1%.
- LG Energy Solution: Merosot 2,8%.
- Hyundai Motor: Kehilangan 2,4%.
Selain itu, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) dan saham perusahaan Korea Selatan yang terdaftar di AS juga terpukul sebelum pulih setelah parlemen membatalkan darurat militer.
Situasi Ekonomi dan Prospek
Krisis politik dan kebijakan darurat yang kontroversial menambah tekanan pada ekonomi terbesar keempat di Asia ini, yang sudah menghadapi tantangan global seperti inflasi dan perlambatan ekonomi. Meski begitu, pencabutan darurat militer diharapkan dapat membantu stabilisasi pasar dalam beberapa hari ke depan.
Tinggalkan Komentar