GELUMPAI.ID — Pemerintah optimistis Indonesia tak perlu impor beras hingga 2026. Keyakinan ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), yang menyatakan bahwa produksi beras dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan nasional.
“Menurut BPS, produksi kita setara beras Januari, Februari, Maret, dan April mencapai 13,9 juta ton,” ujar Zulhas dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (11/3/2025).
Sementara itu, konsumsi beras nasional rata-rata mencapai 2,6 juta ton per bulan, atau sekitar 10,4 juta ton selama empat bulan. “Jika produksinya 13,9 juta ton dan konsumsi 10,4 juta ton, berarti kita sudah surplus 3,5 juta ton hingga April,” jelas Zulhas.
Dengan surplus yang cukup besar ini, Zulhas menegaskan Indonesia tidak memerlukan impor beras sepanjang tahun ini, asalkan Badan Urusan Logistik (Bulog) bisa menyerap sebagian dari surplus tersebut. “Kalau Bulog bisa menyerap 2 juta ton dari 3,5 juta ton surplus ini, stok beras kita aman, dan kita tidak perlu impor lagi sampai tahun depan,” kata Zulhas dengan tegas.
Pupuk Jadi Kunci Produksi Beras
Salah satu faktor utama peningkatan produksi beras adalah distribusi pupuk yang tepat waktu. Zulhas menekankan, “Pupuk sampai sebelum waktu tanam, produktivitas naik.”
Untuk memastikan distribusi pupuk subsidi berjalan lancar, pemerintah telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi. Pokja ini akan mengawasi penyaluran 9,55 juta ton pupuk subsidi, agar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan petani serta musim tanam.
“Pokja ini yang akan memantau terus. Agar 9,55 juta ton pupuk subsidi ini sampai tepat waktu dan tidak ada penyimpangan,” tegas Zulhas.
Tindak Tegas Jika Ada Penyimpangan
Zulhas menambahkan, evaluasi pemantauan pupuk akan dilakukan secara berkala. Jika ditemukan penyimpangan atau keterlambatan, ia memastikan tindakan tegas akan diambil. “Kalau ada pejabat yang tidak beres, ya serahkan ke hukum,” tandasnya.
Sumber: CNBC Indonesia