Ganggu KBM Ponpes, Peternakan Ayam di Walantaka Tuai Penolakan Santri dan Kyai
GELUMPAI.ID – Keberadaan peternakan ayam di Kecamatan Walantaka tuai penolakan dari puluhan santri dan wali santri Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilurrahman.
Bukan hanya datang dari santri, aksi penolakan itu juga datang dari kelompok kyai yang menilai peternakan ayam yang ada di Kecamatan Walantaka menganggu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Ponpes.
Aksi protes tersebut dilangsungkan dengan menggelar istigosah menolak bala di halaman Ponpes Sabilurrahman pada Minggu, 18 Desember 2022.
Nampak dalam acara tersebut Wakil Ketua DPRD Kota Serang Ratu Ria Maryana, serta dua anggota DPRD Provinsi Dapil Kota Serang Teguh Ista’al dan Juhaeni M Rois turut hadir di tengah masa.
Menanggapi aksi penolakan tersebut, Ratu Ria Maryana mengaku telah mendapat laporan terkait adanya aktivitas peternakan ayam yang dinilai mengganggu aktivitas KBM Ponpes di Walantaka.
“Ada keluhan dari Pimpinan Ponpes, santri dan masyarakat terkait keberadaan peternakan ayam yang lokasi hanya 300 meter dari Ponpes.
“Peternakan ayam itu menimbulkan bau tak sedap, sehingga mengganggu proses belajar mengajar para santri,” ujarnya kepada awak media.
Kemudian ia menambahkan, para kiyai, masyarakat serta walisantri mengaku bahwa keberadaan peternakan ayam itu berpotensi menimbulkan efek negatif kepada masyarakat.
Sebab selain bau, aktivitas tersebut juga menimbulkan banyak lalat yang bisa membawa penyakit.
“Insyaallah, DPRD Kota Serang akan menindaklanjuti terkait hal ini kepada Pemkot Serang. Mudah-mudahan ada pencerahan atau jalan keluarnya,” katanya.
Bahkan dari hasil laporan Ponpes, terdapat sejumlah santri yang sakit akibat bau tidak sedap dari peternakan itu, serta serangan lalat yang mengganggu. Oleh karena itu, pihaknya akan mengkaji terkait dengan perizinan atas peternakan ayam tersebut.
“Kami akan berdiskusi dengan para Pimpinan dan anggota DPRD Kota Serang lainnya dan Pemkot Serang terkait hal tersebut, mudah-mudahan ada jalan keluarnya,” tutur Ria.
Sementara Ketua Presidium FSPP Kota Serang, KH Enting Abdul Karim yang juga turut hadir dalam aksi tersebut mengatakan bahwa pihaknya menyayangkan keberadaan peternakan ayam yang jaraknya hanya beberapa ratus meter dari Ponpes Sabilurrahman.
Menurutnya, aktivitas peternakan ayam itu mengganggu lingkungan sekitar, termasuk KBM di Ponpes itu.
“Dalam hal ini kami mengecam keberadaan kandang ayam yang akhirnya mengganggu proses belajar mengajar Ponpes Sabilurrahman dan juga proses kehidupan bermasyarakat di lingkungan sini,” ujar KH Enting.
Pengasuh Ponpes Al Islam Cipocok Jaya ini mengatakan, pendidikan merupakan proses untuk mencetak kader dan pemimpin bangsa di masa depan.
Sehingga, fasilitas dan lingkungan yang ada di lokasi pembelajaran, harus menunjang dari sisi keamanan dan kenyamanan.
“Maka kami mengimbau kepada pemilik kandang ayam, lebih baik legowo untuk memindahkan kandang ayamnya dari lingkungan pesantren, memindahkan kandang ayamnya dari lingkungan lembaga pendidikan Sabilurrahman,” tuturnya.
Menurutnya, imbauan itu juga berlaku bagi Pemkot Serang. Pasalnya, pihak yang memiliki kewenangan untuk memberikan izin dan mencabut izin, merupakan Pemkot Serang.
Ia pun meminta Pemkot Serang untuk mengecek perizinan dari peternakan ayam itu.
“Maka pak Walikota dan seluruh jajarannya untuk menegakkan hal itu.”
“Sebagaimana kita tahu bahwa di Kota Serang itu ada aturan yang melarang peternakan di wilayah Kota. Maka ini telah melanggar adanya aturan itu sendiri,” terangnya.
Ia pun menegaskan, apabila Pemkot Serang tidak bisa menindak tegas peternakan ayam yang diduga telah melanggar aturan tersebut, maka Pemkot Serang dinilai hanya sekadar menghambur-hamburkan uang rakyat saja untuk membuat peraturan yang mandul.
“Untuk apa bikin aturan dengan biaya yang besar, namun tidak ada gunanya. Uang rakyat habis untuk membuat aturan yang tidak ada gunanya.”
“Kami berharap pak Walikota Serang bisa menegakkan ini semua, dan pemilik kandang ayam agar legowo untuk memindahkan kandang ayamnya dari lingkungan pendidikan ini,” tandasnya.***
Tinggalkan Komentar