Kerusakan Bendungan Sindangheula Diduga Penyebab Banjir Bandang Kota Serang yang Disembunyikan
GELUMPAI.ID – Banjir yang terjadi di Kota Serang pada awal Maret 2022 lalu, merupakan peristiwa kebencanaan terbesar dalam sejarah Kota Serang. Sebab, pada tahun – tahun sebelumnya, Ibu Kota Provinsi Banten itu tidak pernah mengalami musibah banjir separah itu.
Penyebab banjir itu selalu dikaitkan Bendungan Sindangheula yang kelebihan daya tampung air, sehingga menyebabkan sungai Cibanten meluap.
Namun, Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau Ciujung Cidurian (BBWSC3) selaku pengelola Bendungan Sindangheula pada saat itu mengelak bahwa penyebab utama banjir adalah bendungan.
Setelah hampir satu tahun lebih, GELUMPAI.ID mencoba mencari tahu seperti apa kondisi bendungan yang diklaim banyak pihak menjadi penyebab utama banjir pada 2022 lalu.
Ternyata saat ini, bendungan yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 458 miliar itu sedang dalam kondisi surut. Hanya terlihat beberapa aliran air normal seperti biasanya.
Terlihat juga beberapa pekerja kontruksi dan beberapa alat berat yang sedang mengerjakan penataan batu-batu di dinding utama bendungan.
Dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan ‘Penyempurnaan Konstruksi Bendungan Sindang Heula; 0 Unit; 0 juta m3; F; K; SYC’. menyebutkan bahwa maksud dari penyempurnaan Bendungan Sindangheula ini karena ada beberapa kerusakan ketika banjir Kota Serang pada awal Maret tahun lalu.
Pada saat berkeliling di sekitar pintu air, yang menjadi tempat Hollow Jet atau katup lubang pancar air, tak sengaja bertemu dengan salah satu warga sekitar, yang hendak memancing.
Warga itu bercerita bahwa pintu bendungan (katup pemancar air) pada saat banjir terjadi dalam posisi tertutup,
“Saya mah orang awam, tapi ikut pas pembangunan ini. Waktu banjir di Serang kan ini ditutup semua (katup pemancar), enggak dibuka dua-duanya, jadinya kering (aliran) disini,” ujarnya.
Karena katup pemancar air ditutup mengakibatkan aliran air tumpah ruah semua ke spillway. Bahkan menurutnya, kondisi air disana sudah melewati batas.
“Pas waktu dari provinsi sama kota Serang mantau kesini. Ya kenyataanya gitu, bukan longsor, tapi airnya tumpah kesana semua, karna disini (katup pemancar) di tutup total, kering (aliran) ini mah. Tumpah disana, sampai ngelewatin batas itu,” tegasnya.
Diakhir ia pun mengungkapkan, bahwa ia tidak tahu menahu mengapa katup pemancar air itu ditutup. Saran pun sudah ia berikan kepada pengelola agar tidak menutup katup pemancar air tersebut.
“Gak tau sih, namanya saya mah bukan tugasnya. Padahal kan dari awal sudah saya kasih saran. Hujan 3 hari berturut-turut, ini di tutup total (katup pemancar air). Eh bener aja kejadian. Padahal kalo ini dibuka, aliran disana (spillway) cuman ngalir biasa aja, paling 1 atau 2 jengkal, nggak akan ngeluap gitu,” tutupnya.
Saat ini, pihak GELUMPAI.ID, sedang melakukan konfirmasi kepada pihak BBWSC3 terkait dengan permasalahan ini. Ketika datang kesana, Humas dari BBWSC3 mengarahkan untuk datang kembali pada minggu yang akan datang untuk bertemu pihak yang berkepentingan dengan permasalahan tersebut.
Tinggalkan Komentar