Sepatu Mewah Louboutin Berhadapan dengan Produk Palsu di India
GELUMPAI.ID – Perseteruan hukum terkait pelanggaran hak kekayaan intelektual menjadi sorotan ketika pengadilan tinggi Delhi menangani kasus antara merek sepatu mewah asal Prancis, Christian Louboutin, dan Shutiq – The Shoe Boutique, sebuah produsen sepatu asal India. Gugatan ini melibatkan klaim bahwa Shutiq memproduksi dan menjual tiruan sepatu pria berpaku ikonik milik Louboutin, termasuk model Dandy Pik Pik.
Dilansir dari Al Jazeera, pengacara Christian Louboutin menekankan keunikan desain sepatu berpaku yang menjadi ciri khas mereka, termasuk sol merah yang telah mendunia. Sepatu tersebut sering tampil dalam film terkenal seperti The Devil Wears Prada dan Sex and the City, bahkan terdaftar sebagai merek dagang di India dan negara lainnya.
Bukti yang diajukan meliputi foto 26 desain sepatu Shutiq yang dianggap melanggar hak cipta, bersanding dengan produk asli Louboutin. Sepatu tiruan Shutiq dijual dengan harga sepersepuluh dari sepatu asli, yang dihargai sekitar $1.800. Dalam putusan awal, Hakim Pratibha M. Singh mengenakan denda sebesar $2.370 kepada Shutiq, seraya memperingatkan bahwa pelanggaran lebih lanjut akan mengakibatkan denda hingga $29.628.
Ancaman Barang Palsu di Pasar Mewah India
Christian Louboutin bukan satu-satunya merek yang menghadapi tantangan produk palsu di India. Dilaporkan bahwa pasar mewah India, yang tumbuh pesat dengan pendapatan mencapai $17,6 miliar pada tahun fiskal 2024, juga menjadi ladang subur bagi produk imitasi. Sebuah laporan dari Federasi Kamar Dagang dan Industri India (FICCI) memperkirakan kerugian tahunan akibat barang palsu mencapai $7 miliar hanya dari lima kategori utama: alkohol, tembakau, telepon seluler, barang konsumsi cepat, dan makanan kemasan.
“Masalah ini sangat serius,” ujar seorang pejabat FICCI, seraya menambahkan bahwa barang palsu bahkan menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan kerugian kesehatan, seperti antibiotik palsu yang beredar luas di pasar.
Perjuangan Hukum yang Panjang dan Tantangan Sosial
Meskipun India telah meratifikasi perjanjian TRIPS WTO untuk perlindungan hak kekayaan intelektual, tantangan hukum dalam menangani kasus ini cukup besar. Tarun Tahiliani, seorang desainer terkenal asal India, mengungkapkan bahwa kasus seperti ini sering berlarut-larut selama bertahun-tahun tanpa hasil signifikan.
Tinggalkan Komentar