Kebaya Resmi Masuk Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO: Simbol Persatuan Asia Tenggara
GELUMPAI.ID – Dengan diakuinya Kebaya sebagai bagian dari Daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa Kebaya merupakan simbol persatuan budaya di kawasan Asia Tenggara.
“Penetapan ini adalah pengakuan dunia atas nilai budaya kita yang mendalam serta upaya kita bersama dalam melestarikan kebudayaan,” kata Fadli Zon dalam pernyataannya dikutip dari ChatNews.id Jumat (6/12).
Inisiatif untuk pengajuan bersama oleh negara-negara ASEAN dimulai dari usulan Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, yang dipimpin oleh Dubes Oemar pada akhir 2021, dan kemudian disetujui dalam pertemuan tingkat pimpinan negara antara Indonesia dan Malaysia.
Rencana ini kemudian dilanjutkan oleh perwakilan dari lima negara yang aktif terlibat dalam persiapan dokumen nominasi.
Pada November 2022, komunitas Kebaya dan perwakilan dari lima negara bertemu pertama kali di Negeri Sembilan, Malaysia, untuk berbagi ide dan menyusun langkah-langkah perlindungan serta mendukung nominasi tersebut.
Di Jakarta, Indonesia juga mengadakan lokakarya serupa pada Februari 2023. Dokumen nominasi akhirnya diselesaikan melalui pertemuan daring di Singapura dan diajukan ke UNESCO pada Maret 2023 dengan judul “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik”.
Pencatatan “Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik” sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) UNESCO menandai momen penting bagi Asia Tenggara. Selain membawa kebanggaan yang mendalam, pengakuan ini juga mencerminkan rasa persatuan, tanggung jawab kolektif, serta komitmen untuk memperkuat kerja sama regional dalam melestarikan warisan budaya tak benda.
Untuk merayakan pencapaian bersejarah ini, kelima negara pengusul Kebaya mengadakan acara sampingan selama Sidang Komite WBTB ke-19 UNESCO, yang mencakup pameran dan pertunjukan mode Kebaya.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai warisan bersama tersebut dan relevansinya dengan masyarakat saat ini, tetapi juga memberi peluang untuk dialog antarbudaya, serta mendorong kolaborasi dalam melindungi dan mentransmisikan kebaya kepada generasi yang akan datang.
Tinggalkan Komentar