Gunung Berapi Misterius di Tahun 1831 Mendinginkan Bumi, Ini Penemuannya
GELUMPAI.ID – Sebuah gunung berapi yang pernah meletus pada 1831 diketahui menjadi yang terkuat di masa itu. Peneliti menemukan bahwa letusan tersebut dapat menurunkan suhu Bumi sekitar 1 derajat Celcius di bagian utara, dilansir dari CNN Internasional, Selasa (14/1/2025).
Pada Agustus 1831, laporan dari seluruh dunia, termasuk China, Eropa, AS, dan Karibia, menyebutkan fenomena aneh, yaitu Matahari yang terlihat berwarna biru, ungu, hingga hijau. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh debu dan gas vulkanik yang memengaruhi cara sinar Matahari disebarkan.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa identitas gunung berapi tersebut baru diketahui setelah para ilmuwan melakukan pengecekan sampel inti es yang diambil dari Greenland. Dengan menggunakan metode geokimia, penanggalan radioaktif, serta pemodelan komputer, para peneliti berhasil memetakan sumber letusan tersebut.
Dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, peneliti mengaitkan letusan itu dengan gunung api Zavaritskii yang terletak di pulau Simushir, bagian dari kepulauan Kuril. Mereka menemukan kecocokan pecahan kaca vulkanik yang hanya dapat ditemukan pada gunung tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa Zavaritskii berada di sebuah pulau kecil antara Jepang dan Rusia, yang tidak dihuni manusia. Catatan tentang gunung ini sangat terbatas, hanya ditemukan dalam beberapa buku harian kapal yang melewati pulau tersebut pada masa itu, kata William Hutchison, penulis utama penelitian dari School of Earth and Environmental Sciences di University of St. Andrews.
Sebelumnya, para peneliti mengira bahwa gunung berapi yang dimaksud berada dekat dengan ekuator, dan salah satu kandidatnya adalah Babuyan Claro di Filipina. Namun, Zavaritskii, meskipun memiliki catatan yang minim, ternyata menjadi sumber dari letusan besar tersebut.
Selain Zavaritskii, penelitian juga menemukan bahwa ada tiga gunung berapi yang meletus pada periode yang sama, yaitu Gunung Tambora di Indonesia pada 1815, serta Coseguina di Nikaragua pada 1835. Letusan-letusan ini diyakini sebagai penanda berakhirnya Zaman Es Kecil.
Tinggalkan Komentar