Kehidupan Tradisional Kabaena Terancam Gara-gara Eksplorasi Tambang
Paparan terhadap logam-logam ini pada kadar yang terlihat dalam sampel laboratorium tersebut dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, ginjal, dan penyakit kronis lainnya, kata Kathrin Schilling, seorang asisten profesor di Universitas Columbia yang meneliti biologi molekuler dan mengulas hasil laboratorium tersebut.
“Jika orang-orang di pulau ini menggunakan air sungai sebagai air minum yang memiliki kadar logam lebih tinggi dan mereka juga makan kerang serta menghirup udara… mereka tidak bisa menghindari paparan logam beracun tersebut,” kata Schilling kepada AP.
Dampak ini tidak terbatas hanya di Kabaena. Di seberang laut ke utara, sebuah tambang nikel dekat desa Torobulu berbatasan dengan lapangan sepak bola yang rusak dan lapangan olahraga yang berada di dekatnya.
Meski sudah ada keputusan Mahkamah Konstitusi Indonesia pada Maret 2024 yang menyatakan bahwa pulau-pulau kecil seperti Kabaena membutuhkan perlindungan khusus dari aktivitas berbahaya yang luar biasa, termasuk pertambangan, yang mengancam ekosistem di daerah rentan, namun pemerintah Indonesia tetap mengeluarkan izin pertambangan untuk pulau-pulau kecil, kata Sayyidatiihayaa Afra, seorang peneliti di Satya Bumi.
Sejak keputusan Mahkamah Konstitusi tersebut, hilangnya hutan di Kabaena terus berlanjut, dengan 150 hektar (370 acre) dibabat di area yang disetujui untuk pertambangan di pulau itu sejak 1 April, menurut analisis data oleh Mighty Earth. Lebih dari setengah dari kehilangan hutan terjadi di konsesi yang dimiliki oleh perusahaan tambang Tonia Mitra Sejahtera.
Tonia Mitra Sejahtera tidak merespons permintaan wawancara atau komentar. Perusahaan tambang Anugrah Harisma Barakah yang menyebabkan deforestasi terbesar di Kabaena, menurut Satya Bumi juga tidak menjawab nomor telepon yang terdaftar ketika AP meminta wawancara atau komentar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia tidak merespons permintaan untuk memberikan komentar.
Sementara itu, warga di Kabaena merasa tak berdaya.
“Apa lagi yang bisa kami lakukan jika airnya seperti ini?” ujar Nina. “Kami orang kecil kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami harus menyerah.”
Tinggalkan Komentar