Bisnis & Ekonomi Internasional News

Krisis Politik Korea Selatan Guncang Pasar Saham

GELUMPAI.ID – Saham Korea Selatan mengalami tekanan besar pada Rabu (29/11), di tengah krisis politik terbesar negara itu dalam beberapa dekade terakhir. Para legislator menyerukan pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol setelah ia mengumumkan darurat militer yang kemudian dibatalkan beberapa jam kemudian.

Pengumuman darurat militer yang mengejutkan pada Selasa malam mengguncang pasar keuangan. Aksi jual besar-besaran terjadi pada berbagai aset Korea Selatan, menyebabkan mata uang won anjlok ke level terendah dalam dua tahun pada Selasa. Namun, kondisi mulai stabil pada Rabu. Indeks Kospi (.KS11) turun hampir 2% akibat situasi ini.

Reaksi dari Para Pelaku Pasar

Dilansir dari Reuters, situasi ini memicu berbagai komentar dari pelaku pasar yang menyoroti dampaknya terhadap stabilitas ekonomi Korea Selatan.

Sat Duhra, Portfolio Manager, Asia Dividend Income, Janus Henderson, Singapura, mengatakan, “Situasi ini tampaknya merupakan langkah politik yang berisiko dan tidak berhasil. Saya tidak berencana menambah investasi di Korea dalam ketidakpastian ini. Meski pasar Korea murah dan underperformed, yang biasanya menarik bagi investor, situasi ini tidak cukup stabil untuk memberikan kepercayaan pada won.”

Ia juga menambahkan bahwa ketakutan terhadap apa yang disebut “Korea discount” semakin menguat. “Prospek pemakzulan, ketidakpastian dari perubahan kepemimpinan, serta prospek makroekonomi yang kurang menarik akan menjauhkan investor asing.”

Daniel Tan, Portfolio Manager, Grasshopper Asset Management, Singapura, menyoroti bahwa insiden darurat militer ini berpotensi memperburuk “Korea discount”. “Dengan risiko yang meningkat, aset terkait Korea, seperti saham, obligasi, dan mata uang, akan menghadapi premi risiko yang lebih tinggi,” ujarnya.

Namun, ia mencatat bahwa aksi jual besar-besaran kemungkinan tidak akan berlanjut selama pemerintah dan Bank of Korea berkomitmen untuk menyediakan likuiditas tanpa batas.

Dampak pada Mata Uang dan Ekonomi

Robert Carnell, Regional Head of Research, Asia-Pacific, ING, Singapura, menyoroti bahwa sebelum insiden ini, prospek mata uang won sudah tidak begitu optimis. “Permintaan domestik yang lemah membuat kami memperkirakan Bank of Korea harus melonggarkan kebijakan moneter lebih banyak,” katanya. Ia menambahkan, “Ketidakpastian tambahan ini hanya memperburuk situasi dan menambah kekhawatiran.”

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar