Populasi Korea Selatan Terancam Menyusut Drastis
Upaya Pemerintah
Berbagai langkah telah diambil pemerintah untuk mengatasi krisis ini. Dilansir dari kebijakan terbaru, pemerintah menawarkan insentif finansial, merekrut pekerja rumah tangga asing, memberikan keringanan pajak, dan bahkan mengusulkan pembebasan wajib militer bagi pria dengan tiga anak atau lebih. Namun, langkah-langkah ini belum menunjukkan hasil signifikan.
Kesenjangan Gender Sebagai Faktor Utama
Kesenjangan gender yang masih mencolok di Korea Selatan menjadi salah satu penyebab utama krisis ini. Menurut laporan, perempuan sering kali menghadapi diskriminasi di tempat kerja dan kurangnya dukungan untuk peran mereka di rumah. Sementara itu, Presiden Yoon Suk Yeol memicu perdebatan dengan menyebut feminisme sebagai salah satu penyebab ketegangan gender.
Dikutip dari survei tahun 2024, sepertiga perempuan di Korea Selatan menyatakan tidak ingin menikah, dengan 93% menyebutkan beban pekerjaan rumah tangga sebagai alasan utama. Di sisi lain, sentimen anti-feminis yang meningkat di kalangan pria muda juga memperburuk situasi.
Tantangan ke Depan
Krisis kesuburan di Korea Selatan mencerminkan lebih dari sekadar tantangan demografis. Masalah ini mencerminkan ketidaksetaraan gender dan konflik budaya yang mendalam. Dengan populasi yang terus menua dan menyusut, Korea Selatan menghadapi tugas berat untuk menyeimbangkan peran keluarga, pekerjaan, dan kesetaraan gender. Tanpa langkah yang efektif, masa depan Negeri Ginseng ini berada dalam ancaman yang nyata.
Tinggalkan Komentar