Kehidupan Tradisional Kabaena Terancam Gara-gara Eksplorasi Tambang
GELUMPAI.ID – Di Kabaena, Indonesia, air biru jernih yang dulu mengelilingi pulau kini berubah menjadi cokelat keruh. Ikan-ikan dan gurita yang dulu mudah ditemukan di sekitaran sana kini sudah menghilang. Tanaman rumput laut yang biasa dipanen pun hilang tanpa jejak. Warga yang dulu tumbuh dengan riang berenang di Laut Flores kini melarang anak-anak mereka bermain air karena takut terkena ruam kulit atau luka.
Kabaena, termasuk suku Bajau yang secara tradisional tinggal di sekitar laut dan bergantung padanya, adalah salah satu dari ribuan komunitas di Indonesia yang kehidupan tradisionalnya hancur akibat dampak industri pertambangan yang terus berkembang. Sebagian besar bahan tambang yang diekstraksi di Indonesia digunakan untuk rantai pasokan global seperti stainless steel, baterai kendaraan listrik, dan lain-lain.
“Semua warga di sini merasakan dampaknya,” ujar Amiruddin, 53, seorang nelayan.
Indonesia, yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia serta deposit kobalt, bauksit, dan bahan lainnya, tengah mengalami ledakan pertambangan untuk memenuhi permintaan global terhadap stainless steel dan baterai kendaraan listrik. Negara kepulauan ini berusaha memperluas kemampuan pertambangan dan pengolahan, meski mendapat kritik dari pengawas internasional dan lokal terkait berbagai masalah lingkungan.
Di seluruh Indonesia, pabrik pengolahan nikel kadang-kadang dibangun hanya beberapa menit dari laut, dan tongkang-tongkang yang siap membawa bijih nikel sering terlihat di perairan. Beberapa tambang bahkan beroperasi dekat sekolah-sekolah.
Komunitas lokal dan lingkungan sekitar tambang sering menanggung dampak dari permintaan yang intens ini. Dari tahun 2001 hingga 2020, dunia kehilangan hampir 1,4 juta hektar hutan (sekitar 3,5 juta acre) akibat pertambangan, dengan Indonesia menjadi negara dengan kehilangan hutan tertinggi, menurut analisis oleh World Resources Institute.
CATATAN EDITOR: Ini adalah bagian dari seri tentang bagaimana suku dan komunitas adat mengatasi dan melawan perubahan iklim.
Tinggalkan Komentar